Ramadhan Pada Pasien Diabetes oleh : dr. Yunita Sri Pertiwi Sp.PD

Ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan satu diantara 5 rukun  islam yang sifatnya wajib bagi setiap muslim dewasa yang sehat.  Anjuran berpuasa telah di sampaikan dalam firman Allah SWT di dalam (QS: Al-Baqarah :183)

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ”

Untuk individu dengan diabetes, puasa Ramadan sedikit banyak menyebabkan perubahan metabolik dengan beberapa kemungkinan yang sebaiknya diantisipasi agar tidak memberikan dampak kurang baik bagi penyandang diabetes.komunikasi dengan dokter yang merawat  menjadi hal yang sangat penting dalam hal ini untuk bisa memberikan persiapan dan juga perencanaan yang baik. Karena dengan perencanaan dan persiapan yang baik maka sebagian besar penyandang diabetes yang menjalani ibadah puasa bisa melaksanakannya dengan aman dan nyaman sekaligus bisa menghindari dari kondisi medis yang memberikan dampak negatif bagi penyandang diabetes.

Berbagai risiko yang dapat terjadi pada penyandang diabetes yang berpuasa Ramadan, yaitu: hipoglikemi, hiperglikemi bahkan bisa sampai terjadinya krisis hiperglikemi dan dehidrasi/thrombosis.

Fisiologi Berpuasa Ramadan pada Individu Sehat

Puasa Ramadan mempengaruhi beberapa aspek mendasar dari fisiologi tubuh termasuk pola tidur dan ritme sirkadian, keseimbangan cairan dan energi, dan homeostasis glukosa. Kondisi ini menunjukkan perubahan besar dari cara makan normal serta pola tidur dan bangun. Hal ini akan memberikan pengaruh penting terhadap fisiologi, perubahan ritme dan besarnya fluktuasi pada proses homeostasis dan juga sistem endokrin. Pola tidur akan berubah selama puasa Ramadan. Sehingga terjadi penurunan total waktu tidur, penundaan tidur, penurunan waktu periode tidur dan penurunanan durasi tidur. Selama Ramadan total waktu tidur dapat berkurang sekitar 1 jam. Kurang tidur dikaitkan dengan penurunan toleransi glukosa dan hubungan antara durasi tidur dengan resistensi insulin. Durasi tidur yang pendek juga secara berhubungan dengan penambahan berat badan, terutama individu yang lebih muda.

Patofisiologi Berpuasa pada DIABETES

Saat berpuasa, kondisi resistensi
insulin dan defisiensi insulin dapat menyebabkan pemecahan glikogen berlebihan dan terjadi peningkatan glukoneogenesis pada DM Tipe 1 dan DM Tipe2. Akibatnya terjadi peningkatan risiko berpuasa ramadan pada penyandang DM diabetes yaitu hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetik, dehidrasi dan trombosis.

Risiko Terkait Berpuasa pada Penyandang Diabetes

1.       Hipoglikemia (gula darah turun)

Asupan makanan yang kurang diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipoglikemia

2.       Hiperglikemia (gula darah diatas normal)

Hiperglikemia dapat disebabkan oleh pengurangan dosis obat secara berlebihan untuk menghindari hipoglikemia serta konsumsi berlebihan makanan dan gula.

3.       Ketoasidosis diabetika (koma diabetika)

Penyandang DM, terutama DM tipe 1 yang menjalankan puasa Ramadan dengan kendali glikemi yang buruk sebelum puasa, memiliki risiko ketoasidosis yang meningkat. Risiko ketoasidosis meningkat akibat pengurangan dosis insulin yang berlebihan terkait asupan makanan yang berkurang selama puasa

4.       Dehidrasi dan trombosis

Pembatasan asupan cairan (minum) bila berlangsung lama, dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat menjadi lebih berat di wilayah dengan iklim/suhu udara panas dan kelembaban tinggi dan pada individu yang melakukan kerja fisik  yang berat.

Pasien diabetes yang tidak dianjurkan puasa adalah sebagai berikut :

 Ø  Pasien yang kadar gulanya belum stabil (bisa memberikan efek gula darah turun/naik)

Ø  Pasien yang kurang patuh dalam diet, minum obat dan penggunaan insulin

Ø  Pasien dengan komplikasi DM yang berat (Penyakit jantung, kelainan ginjal, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol)

Ø  Pasien dengan riwayat sebelumnya dengan  koma diabetika

Ø  Pasien dengan gula darah turun ,lebih dari 2x saat Ramadhan sebelumnya

Ø  Pasien dengan infeksi berat

Ø  Pasien lansia yang tinggal sendiri

Ø Pasien DM dengan kehamilan (yang menggunakan insulin)

Perencanaan Nutrisi Ramadan

Pada saat berpuasa, kalori yang
dikonsumsi sebaiknya dibagi antara sahur dan berbuka dan 1-2 makanan kecil yang sehat bila diperlukan. Komponen makanan harus seimbang, di mana kandungan karbohidrat sebanyak 40-50%, protein sebanyak 20-30%, dan lemak 30-35%. Lemak tersaturasi sebaiknya di bawah 10%. Waktu sahur sebaiknya dilakukan diakhir waktu. 

Berikut adalah beberapa jenis makanan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi selama bulan Ramadan :

  1. Makanan yang direkomendasikan untuk sahur adalah makanan yang dapat mencukupi energi selama waktu yang panjang. 
  • Karbohidrat kompleks = Karbohidrat kompleks memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna, sehingga dapat mempertahankan gula darah lebih lama, sehingga seseorang tidak akan terlalu cepat lapar.  Contoh dari karbohidrat kompeks seperti beras merah, gandum utuh, dan roti pipih.
  • Buah dan sayur mayur = Buah dan sayur mayur sangat penting untuk berpuasa karena memiliki serat yang tinggi sehingga dapat meningkatkan rasa kenyang dan menjaga tetap terhidrasi.
  • Makanan tinggi protein =  Makanan tinggi protein dapat membantu seseorang merasa kenyang, serta memiliki dampak sedikit terhadap kenaikan gula darah.
  • Produk susu Produk susu seperti yogurt dan makanan berbahan susu dapat ditambahkan pada saat sahur dan berbuka untuk menjaga kecukupan kadar kalsium.
  • Cairan Minum banyak cairan saat sahur. Hindari minum minuman yang mengandung kafein, seperti teh dan kopi. Minuman- minuman manis juga sebaiknya dihindari
  1. Makanan yang direkomendasikan untuk berbuka adalah makanan yang dapat dengan cepat melepaskan energi, seperti:
  • Kurmaà Kurma sebaiknya dimakan saat berbuka karena merupakan sumber energi dan juga tinggi serat, kalsium dan besi. Namun sebaiknya dibatasi jumlah asupannya karena kurma memiliki kadar gula yang tinggi.
  • Karbohidrat kompleks = Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil.
  • Daging dan sejenisnya = Dianjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein, seperti daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang polong, dan produk susu rendah lemak.
  • Cairanà Minum cairan yang cukup saat berbuka. Dianjurkan setidaknya meminum delapan gelas di antara berbuka dan sahur. Hindari minuman- minuman yang mengandung kafein dan minuman manis.
  1. Makanan yang sebaiknya dihindari
  • Makanan olahan dan makanan tinggi garam sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi saat berpuasa.

Aktivitas Fisik dan Berpuasa

Meskipun pada penyandang diabetes dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik  namun pada bulan Ramadan sebaiknya dilakukan dengan lebih berhati-hati. Penyandang diabetes dapat melanjutkan aktivitas fisik  selama ramadan dan dilakukan terutama pada pagi hari, namun sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik  dengan intensitas berat satu atau dua jam sebelum berbuka, karena dapat mengakibatkan hipoglikemia ataupun dehidrasi. Meskipun tidak dianjurkan melakukan aktivitas berat selama berpuasa, penyandang diabetes tetap dianjurkan untuk berolahraga dengan intensitas ringan-sedang selama Ramadan.

Pendekatan farmakologis obat- obatan (obat oral anti diabetes) :

 1. Metformin

Sekali sehari

Tidak perlu penyesuaian dosis

Diminum saat buka puasa

2x sehari

Tidak perlu penyesuaian dosis

Diminum saat sesudah saur dan sesudah buka puasa

3x sehari

1/3 dosis diminum saat saur dan 2/3 dosis saat buka

500mg diminum setelah saur, dan 1000 mg diminum setelah buka puasa

Slow release metformin

Tidak perlu penyesuaian dosis

Diminum saat buka puasa

  

2. Alpha-glucosidase inhibitor

Acarbose  tidak perlu penyesuaian dosis ( diminum saat suapan pertama makan saur dan berbuka)


3. Tiazolidinedione (TZD)

Selama Ramadan, pioglitazone sebaiknya diberikan saat berbuka puasa dan tidak memerlukan modi!kasi dosis.


4. Insulin Secretagogues

Sulfonilurea menstimulasi sekresis insulin oleh sel beta pankreas sehingga memiliki risiko hipoglikemia yang lebih tinggi dibandingkan obat oral lainnya. Sulfonilurea jenis glimepiride, glipizide, gliclazide aman digunakan selama berpuasa karena risiko hipoglikemi yang lebih kecil.

Glibenclamide memiliki risiko hipoglikemia yang lebih besar, sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan selama berpuasa. Glibenclamide sebaiknya diganti dengan sulfonilurea lain yang memiliki risiko hipoglikemia lebih kecil, misalnya gliclazide dan glimepiride.

Apabila glibenclamide tetap digunakan selama berpuasa maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dan monitoring kadar glukosa lebih ketat.


5. Terapi berbasis inkretin (incretin).

  • Glucagon-like peptide-1 receptor agonist (GLP-1RA) Penggunaan GLP-1RA memiliki efek hipoglikemia yang rendah bila digunakan sebagai monoterapi, namun efek hipoglikemia meningkat bila diberikan bersamaan dengan sulfonilurea atau insulin.
  • Dipeptidylpeptidase-4 Inhibitors (DPP-4 inhibitor) Dipeptidylpeptidase-4 (DPP-4) inhibitors yang sudah digunakan di Indonesia adalah vildagliptin, sitagliptin, saxagliptin, dan linagliptin. Dipeptidylpeptidase-4 inhibitors memiliki risiko hipoglikemia rendah, tetapi dapat meningkatkan pengaruh hipoglikemia akibat sulfonilurea, glinid, dan insulin.

6. Sodium Glucose Co-Transporter 2 Inhibitors (SGLT2-inhibitors).

Penggunaan SGLT2-inhibitors selama Ramadan juga memiliki risiko hipoglikemia yang rendah, sehingga tidak memerlukan modi!kasi dosis. Penggunaannya selama Ramadan dianjurkan pada saat berbuka puasa dan penyandang dianjurkan untuk minum lebih banyak pada saat jam tidak berpuasa.

7. Insulin

Untuk penggunaan insulin perubahan dosisnya dapat dikomunikasikan dengan dokter sebelum memulai menjalankan ibadah puasa ramadhan.


Pemantauan gula darah mandiri

Pemeriksaan glukosa darah sendiri sangat diutamakan untuk penyandang dengan risiko sangat tinggi dan risiko tinggi yang tetap memilih untuk berpuasa. Perlu ditekankan bahwa pemeriksaan glukosa darah sendiri tidak akan membatalkan puasa. Waktu yang direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah yaitu sebelum sahur, di pagi hari, tepat siang hari, tengah hari, sebelum berbuka puasa, dua jam setelah berbuka puasa dan kapanpun bila terdapat gejala hipoglikemia atau hiperglikemia.

Tips Puasa Ramadhan Bagi Penderita Diabetes

  1. Makan saur seperti biasa namun waktu di ahirkan
  2. Dianjurkan segera berbuka puasa
  3. Menjalankan aturan dokter terkait konsumsi obat dan insulin
  4. Tidak makan berlebihan saat berbuka (khususnya yang manis-manis)
  5. Jika ada tanda hipoglikemia dan hiperglikemia segera berbuka puasa
  6. Pantau gula darah secara rutin

Sumber : buku pedoman Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan

Jadwal Dokter dr. Yunita Sri Pertiwi, Sp.PD

Senin, Rabu, Jum’at & Sabtu : 08.00 – 12.00 WIB

Selasa & Kamis : 08.00 – 14.00 WIB

 

Kontak :

Social Media :

Lokasi